Jumat, 23 Januari 2009

PEMIMPIN MUDA

( Pemimpin Muda; Sebuah Euphoria dan Kualitas)

Oleh : Agus Rahmansyah*

Pemimpin muda, sosok muda dengan harapan baru dan semangat pembaruan. Sepertinya kata-kata itu sudah tidak begitu asing ditengah riuhnya pra pesta demokrasi tahun 2009 ini. Sepertinya penduduk negeri ini membutuhkan seorang tokoh muda yang mampu membawa perubahan dalam berbagai sektor kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan berbondong-bondong para elit pusat dan daerah menggembor-gemborkan lahirnya sosok muda yang enerjik dengan wawasan dan pengetahuan baru baik dari kalangan artis, akademisi sampai kalangan pengangguran pun tak asing dengan hal tersebut, dan sepertinya sudah menjadi menu utama disetiap perbincangan masyarakat negeri ini.

Sosok muda dan tua sebenarnya bukanlah sebuah permasalahan, akan tetapi yang menjadi permasalahan adalah ketika sosok muda yang yang hadir hanya sekedar ikut meramaikan isu-isu kemunculan tokoh muda tanpa dibarengi dengan kulitas dan kapabilitas yang matang, apa yang terjadi bila semua itu dibiarkan begitu saja tanpa ada kontrol sosial yang jelas, permasalahan bangsa ini cukup rumit dan membutuhkan sosok muda yang memiliki kualitas dan kapabilitas serta wawasan yang luas bukan pemuda yang hanya mengejar market atau pun untung-untungan dengan modal tampang keren dan bergaya eksklusif ditengah maraknya isu-isu kebangkitan tokoh muda.

Isu tentang pemimpin muda sebenarnya bukan sebuah fenomena baru yang terjadi di negara kita. Sejak perjuangan negara kita menuju kemerdekaan, para pemuda telah banyak memberikan kontribusi bagi kemerdekaan negara kita tercinta ini. Seperti Jong Java, Ambon, sumatra dan sebagainya, adanya Sumpah Pemuda dan berbagai gerakan pemuda Indonesia telah menunjukkan eksistensi pemuda dalam percepatan kemerdekaan negeri ini.

Realita yang bisa kita lihat saat ini adalah kecenderungan jargon pemuda dijadikan sebuah alat pencari kedudukan. Isu pemimpin muda cenderung menjadi sebuah euphoria dikalangan masyarakat, dan cenderung mengabaikan prestasi dan kredibilitas tokoh muda itu sendiri. Berbagai icon ditampilkan dengan slogan yang bervariasi, ada yang mengatakan saatnya yang muda bangkit, saatnya yang muda memipin, dan sebagainya. Secara bahasa kata-kata itu memunculkan berbagai asumsi. Yang pertama mengasumsikan bahwasannya selama ini pemuda telah terpuruk sehingga sang tokoh menyuarakan ini adalah waktunya bagi pemuda untuk bangkit, dan yang kedua yang muda disini usianya ataukah baru masuk dalam dunia politik atau dia adalah orang baru dalam dunia politik.

Kita bebas menginterpretasikan segala sesuatunya, karena ini adalah buah reformasi yang kita kumandangkan, maka mari kita nikmati buah ini. Otak boleh panas, adu argumen, perbedaan pendapat didiskusikan, semua dilakukan demi mencari penyelesaian yang adil, dan bukan berakir dengan adu jotos seperti teman-teman kita diwaktu lalu.

Untuk itu kita sebagai insan akademis tentunya kita harus menyikapi hal tersebut dengan arif dan bijaksana, kita harus sigap menyikapi gejolak yang ada, jangan sampai kita terjebak dalam semangat euphoria ditengah maraknya kemunculan tokoh muda, tetapi hendaknya kita tetap mengedepankan kualitas, karena kita sebagai insan akademis yang notabennya selalu bergelut dengan hal-hal ilmiah bukan sekedar tebar pesona dan gaya-gayan semata. Cukup ironis sekali bila pemuda saat ini hanya bisa berkomentar tanpa ada suatu tindakan nyata terhadap kemajuan negeri ini. Dalam konteks pelajar tentunya yang bisa kita lakukan adalah dengan terus belajar dan berinovasi serta berjiwa kritis dalam koridor etika kesopanan sebagai warga negara demi terwujudnya perubahan yang positif. Hal yang terpenting saat ini bagaimana kita berbuat, artinya segala yang kita perbuat haruslah mencerminkan sebuah pandangan kita sebagai generasi muda yang berilmu. Selamat berjuang kaum muda, dipundak anda harapan bangsa ini.



* Siswa Sekolah Penulisan Pusat Studi Humaniora Fak. Adab

Tidak ada komentar:

indonesiaindonesia.com